ANALISIS KINERJA BUNDARAN DENGAN METODE MKJI 1997 (STUDI KASUS: BUNDARAN NGABEAN KYAI HAJI WAHID HASYIM, YOGYAKARTA)

STUDI KASUS BUNDARAN NGABEAN KYAI HAJI WAHID HASYIM YOGYAKARTA

  • Kemal Budi Setiawan Andi Nuralam ITNY
  • Ani Tjitra Handayani
  • Veronica Diana Anis Anggorowati

Abstrak

Perkembangan sarana dan prasarana transportasi yang tidak seimbang dengan pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya kinerja pada suatu persimpangan. Kondisi bundaran Ngabean yang tidak dilengkapi dengan APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas) menyebabkan perilaku berkendara yang tidak teratur menyebabkan rawan kemacetan. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, pengambilan data yang dilakukan melalui survei lalu lintas untuk mendapatkan kinerja bundaran berupa arus lalu lintas total (Q), kapasitas (C), derajat kejenuhan (Ds), tundaan (T), dan peluang antrian (PA). Hasil analisis simpang didapatkan volume lalu lintas tertinggi terjadi pada pukul 16.00 - 17.00 WIB pada Hari Sabtu sebesar 2778 smp/jam. Dengan kapasitas terbesar (C) pada jalinan AB(Selatan – Utara) = 4110 smp/jam, derajat kejenuhan (Ds) terbesar pada jalinan BC(Utara – Timur) = 0,494, Tundaan bundaran total (T) = 8,072 det/smp, dan peluang antrian (PA) = 6-26 %. Sementara itu terdapat rekayasa kinerja bundaran untuk lima tahun yang akan datang dengan arus lalu lintas total (Q) = 3377,18 smp/jam, derajat kejenuhan (Ds) = 0,91, tundaan bundaran total (T) = 11,5 det/smp, dan peluang antrian (PA) = 28-60 %.

Diterbitkan
2022-08-11
Bagian
Articles