KURVATEK //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk <p>Kurvatek focuses on disseminating science and technology in the field of <em>energy management and sustainable environment</em>.</p> Institut Teknologi Nasional Yogyakarta en-US KURVATEK 2528-2670 <p>This journal provides immediate open access to its content on the principle that making research freely available to the public supports a greater global exchange of knowledge.</p> <p>All articles published Open Access will be immediately and permanently free for everyone to read and download.&nbsp; We are continuously working with our author communities to select the best choice of license options, currently being defined for this journal as follows:<br>• Creative Commons Attribution-ShareAlike (CC BY-SA)</p> <p><a href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/" rel="license"><img style="border-width: 0;" src="https://i.creativecommons.org/l/by-sa/4.0/88x31.png" alt="Creative Commons License"></a><br>This work is licensed under a <a href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/" rel="license">Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License</a>.</p> ANALISIS INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN NILAI vs30 PADA ZONA TERDAMPAK GEMPA BUMI (Studi Kasus: Gempa Cianjur 21 November 2022) //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/4972 <p>Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Gempa bumi Cianjur 21 November 2022 berdampak pada kerusakan bangunan yang memiliki kesesuaian pola dengan jalur sesar lokal yang baru teridentifikasi. Dampak kerusakan yang terjadi akibat perambatan gelombang seismik dipermukaan dapat dianalisis berdasarkan nilai indeks kerentanan seismik (<em>Kg</em>). <em>Kg </em>dapat diperoleh menggunakan pendekatan empiris dengan parameter utama nilai <em>v<sub>s30</sub></em><em>. </em>Data <em>v<sub>s30</sub></em> pada penelitian ini menggunakan data <em>v<sub>s30</sub></em> yang bersumber dari Atlas <em>v<sub>s30</sub></em> Badan Geologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter seismik berupa nilai faktor amplifikasi (<em>A<sub>0</sub></em>), frekuensi dominan (<em>f<sub>0</sub>), </em>dan <em>Kg</em> pada zona kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi Cianjur. Hasil penelitian menunjukkan nilai <em>A<sub>0</sub> </em>pada Kabupaten Cianjur bervariasi antara 100-750, <em>f<sub>0</sub> </em>bervariasi antara 0.8-6.4 Hz, dan <em>Kg </em>bervariasi antara 0.1-22. Pada zona terdampak gempa Cianjur nilai <em>A<sub>0</sub> </em>bervariasi antara 0.8-1.8, nilai <em>f<sub>0</sub> </em>antara 1.6-3.6 Hz, serta nilai <em>Kg</em> antara 0.1-2. Zona terdampak gempa Cianjur memiliki nilai <em>Kg </em>yang relatif rendah dibandingkan dengan nilai <em>Kg </em>se-Kabupaten Cianjur. Kondisi ini menunjukkan bahwa kawasan dengan nilai <em>Kg </em>yang lebih tinggi dapat berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan yang lebih parah, terutama pada wilayah endapan, alur sungai, dan pesisir di Kabupaten Cianjur.</p> Dea Mutiara Jannah Copyright (c) 2024 Dea Mutiara Jannah https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 107 116 10.33579/krvtk.v9i2.4972 PERANCANGAN WATER CHILLER PENGKONDISI MEDIA TANAM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE UNTUK TANAMAN SELADA (LACTUCA SATIVA) //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/4997 <p>Saat ini keterbatasan lahan serta perubahan iklim yang ekstrem menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kurang optimal. Pemanfaatan sistem hidroponik dengan air yang dikondisikan dapat menjadi salah satu solusi alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan menguji kinerja sistem <em>water chiller</em> sebagai pengkondisi media tanam selada hidroponik. Sistem <em>water chiller</em> dimanfaatkan untuk menyerap kalor pada air sehingga temperaturnya dapat dikondisikan sesuai dengan kondisi ideal tumbuh kembang tanaman. Air yang dikondiskan kemudian dimanfaatkan untuk pengkondisian media tanam selada hidroponik dengan metode <em>deep flow technique</em> (DFT). Dengan temperatur air yang dijaga pada rentang 15 hingga 20<sup>o</sup>C, diperoleh beban pendinginan sebesar 694,8 Watt. Sistem dibangun menggunakan sebuah <em>condensing unit</em> yang dilengkapi evaporator berjenis <em>bare-tube</em> yang ditempatkan pada <em>cool box</em> sebagai sarana pertukaran kalor dengan air. Hasil pengujian menunjukkan sistem yang dibangun mampu menurunkan temperatur air hingga 15.9<sup>o</sup>C dalam waktu 30 menit. Pengujian sistem menunjukkan perolehan <em>Coefficient of Performance-actual</em> (COP<sub>a</sub>) sebesar 4,05 dan <em>Coefficient of Performance-carnot </em>(COP<em><sub>C</sub></em>) sebesar 5,13, dengan efisiensi refrigerasi sebesar 78,98%. Hasil panen dari selada hidroponik memiliki massa 0,65 kg dengan lama penanaman 18 hari.</p> Anas Akbar Ranufani Mahameru Timur Angin Muhammad Arman Arda Rahardja Lukitobudi Bowo Yuli Prasetyo Copyright (c) 2024 Anas Akbar, Ranufani Mahameru Timur Angin, Muhammad Arman, Arda Rahardja Lukitobudi, Bowo Yuli Prasetyo https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 117 126 10.33579/krvtk.v9i2.4997 Analisis Efisiensi Solar Charge Controller Menggunakan Integrasi Numerik dengan MATLAB Simulink //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/5013 <p><em>Konsumsi energi global diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi manusia dan kemajuan teknologi. Memang, permintaan energi diperkirakan akan semakin meningkat sebesar 45 persen antara tahun 2015 dan 2030, dengan laju rata-rata 1,6 persen per tahun, dengan energi matahari atau energi sel surya menjadi salah satu alternatif yang paling menarik. Sistem surya atau fotovoltaik (PV) telah menerima banyak perhatian dalam penelitian dan industri sebagai sumber energi bersih alternatif. Oleh karena itu, diperlukan solar charge controller untuk menstabilkan keluaran sel surya. Salah satu komponen terpenting dari panel surya adalah solar charge controller (SCC). Solar charge controller diklasifikasikan menjadi tiga jenis: ON/OFF, modulasi lebar pulsa (PWM), dan pelacakan titik daya maksimum (MPPT). MPPT menjadi semakin populer karena kemampuannya yang tinggi untuk mengekstrak daya dari panel surya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung nilai efisiensi dan membandingkan dua jenis SCC, PWM dan MPPT. Tujuan penelitian adalah Konsumsi energi global meningkat seiring pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi. Energi matahari menjadi salah satu alternatif energi bersih. Solar Charge Controller (SCC) penting untuk menstabilkan keluaran daya dari panel surya. Penelitian ini membandingkan efisiensi SCC jenis PWM dan MPPT menggunakan simulasi MATLAB Simulink, dengan fokus pada pemahaman dan penerapan integrasi numerik. PWM memiliki efisiensi rata-rata 31.25% dan MPPT memiliki efisiensi rata-rata 72%. Serta total energi yang dikumpulkan oleh panel surya selama periode waktu tertentu adalah sekitar 0.6735 watt-seconds (W.s). Menurut analisis data, MPPT lebih efisien daripada PWM. Hasilnya, ditentukan bahwa MPPT adalah pengontrol muatan surya yang lebih efisien dari keduanya.</em></p> Rama Widjaya Sikumbang Copyright (c) 2024 Rama Widjaya Sikumbang https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 127 134 10.33579/krvtk.v9i2.5013 MACROSEISMIC AND MICROSEISMIC ANALYSIS OF M4.4 BATANG EARTHQUAKE, July 7, 2024 //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/5056 <p><em>On July 7, 2024, an M4.4 earthquake affected Batang, Warungasem, and Wonotunggal sub-districts, causing minor to major damage to houses. This study intends to conduct macroseismic and microseismic studies in the earthquake-affected zone. Macroseismic analysis involves determining the amount of building damage on the MMI intensity scale, whereas microseismic analysis relies on dominant frequency characteristics (fo), amplification factor (Ao), and local geology. Macroseismic study indicates that the Batang earthquake had an intensity of III-IV MMI. The amount of light-to-heavy building damage does not affect the earthquake intensity (MMI) number. This is because the destroyed structures were constructed in a simplistic manner and were not earthquake-resistant. Microseismic investigation revealed that the Alluvium Plain had the dominating distribution of damage, with fo values &lt;3.4 Hz and Ao &gt;4.8. Aside from building quality, local geological variables have an impact on earthquakes on the surface. </em></p> Nugroho Budi Wibowo Copyright (c) 2024 Nugroho Budi Wibowo https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 135 142 10.33579/krvtk.v9i2.5056 IDENTIFIKASI INDIKATOR DESAIN HUNIAN SEMENTARA DARI PERSPEKTIF KORBAN BENCANA //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/5072 <p>Indonesia sering mengalami bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung berapi, banjir, dan tanah longsor, yang mengakibatkan kerugian signifikan. Pada setiap kejadian bencana, banyak rumah tinggal yang hancur sehingga kebutuhan hunian sementara yang cepat bangun pada saat kondisi tanggap darurat sangat diperlukan. Desain hunian sementara yang sering dipakai saat ini sering tidak mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan khusus dari korban bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor- faktor desain hunian sementara dari perspektif korban bencana. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner yang diberikan kepada responden berjumlah 6 orang dari BPBD Kabupaten Bantul, 11 orang Masyarakat terdampak relokasi bencana longsor, 7 orang yang terkena relokasi bencana gempa Bantul dan 8 orang masyarakat yang telah memiliki pengalaman tinggal di hunian sementara. Dalam penelitian ini, Algoritma Artificial Neural Network (ANN) digunakan sebagai alat untuk menganalisis data responden. hasil pemodelan metode ANN, dapat disimpulkan bahwa terdapat identifikasi faktor-faktor desain hunian sementara berdasarkan perspektif korban bencana terbesar pada indikator Kemudahan Interaksi Sosial yang memiliki presentasi sebesar 33,33%, dilanjutkan dengan indikator Kekuatan Bangunan sebesar 23,33%, 2 faktor selanjutnya adalah Kenyamanan Penghuni dan Kemudahan Pembangunan dengan nilai 20% dan faktor terendah adalah Kecepatan Pembangunan yang memiliki presentasi sebesar 3,33%.</p> Sely Novita Sari Setya Winarno Fitri Nugraheni Copyright (c) 2024 Sely Novita Sari, Setya Winarno, Fitri Nugraheni https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 143 152 10.33579/krvtk.v9i2.5072 ANALISIS KEBUTUHAN SUMUR RESAPAN UNTUK MITIGASI BANJIR DI MASJID AGUNG KARANGANYAR //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/5361 <p><strong>Abstrak &nbsp;</strong>— Perubahan tata guna lahan menyebabkan meningkatnya aliran permukaan secara langsung dan air hujan terkumpul pada saluran drainase. Kondisi tersebut akan menimbulkan meningkatnya volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan meluapnya air pada saluran, sehingga dapat menyebabkan terjadinya banjir. Fenomena ini juga terjadi di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan sumur resapan di Masjid Agung Karanganyar dengan maksud mengurangi risiko banjir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data curah hujan dan karakteristik tanah. Informasi mengenai curah hujan diperoleh dari DPUPR Kabupaten Karanganyar, sementara data tanah diperoleh dari hasil pengujian bor dalam. Luas atap diperoleh melalui Google Earth seluas ±1.959 m², koefisien limpasan atap sebesar 0,95, dan waktu hujan ditetapkan selama 2 jam. Periode ulang hujan menggunakan Metode Log Normal, karena merupakan distribusi yang paling sesuai setelah dilakukan uji kecocokan menggunakan Metode Chi-Square. Nilai curah hujan rencana untuk periode ulang (T) 2, 5, 10, dan 20 tahun berturut-turut: 112,45 mm, 143,88 mm, 163,72 mm, dan 181,96 mm, sedangkan debit limpasan masing-masing periode ulang adalah: 45,70 m³/jam, 58,48 m³/jam, 66,54 m³/jam, dan 73,96 m³/jam. Berdasarkan hasil perhitungan sumur resapan dengan Metode Sunjoto, ditentukan jari-jari sumur sebesar 0,5 m dan kedalaman sumur 2 m, jumlah sumur resapan yang diperlukan adalah: a) T 2 tahun sebanyak 52 sumur, b) T 5 tahun sebanyak 66 sumur, c) T 10 tahun sebanyak 75 sumur, d) T 20 tahun sebanyak 84 sumur.</p> Mirza Ghulam Al-Farrasi Copyright (c) 2024 Mirza Ghulam Al-Farrasi https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 153 160 10.33579/krvtk.v9i2.5361 COMPRESSIVE STRENGTH OF ROLLER COMPACTED CONCRETE (RCC) WITH 15% FLY ASH IMMERSED IN SODIUM SULFATE //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/5362 <p><em>RCC (Roller Compacted Concrete) pavement is known for its durability, cost-effectiveness, long lifespan, and low maintenance. In this study, RCC concrete was compacted using a vibrator hammer in three layers, each with a compaction time of 20 seconds per layer. The mix proportions were based on SNI 03-2834-2000 and modifications from several journals, with a target compressive strength of 25 MPa. The materials used included coarse aggregate, fine aggregate, Portland Composite Cement (PCC), water, fly ash, and superplasticizer (SPC). The percentage of fly ash used in this study was 15% of the cement weight, with a total of 12 test specimens. The compressive strength of cylindrical concrete samples with a diameter of 15 cm and a height of 30 cm was tested using two immersion variations: ordinary water and sodium sulfate (Na2SO4), and two durations: 14 days and 28 days. The results showed that the compressive strength of RCC 15 B-14 was 49.16 MPa, RCC 15 B-28 was 52.29 MPa, RCC 15 S-14 was 46.87 MPa, and RCC 15 S-28 was 50.65 MPa. Immersion in sodium sulfate for 14 days resulted in a compressive strength reduction of 4.7% compared to ordinary water immersion, while immersion in sodium sulfate for 28 days resulted in a compressive strength reduction of 3.1% compared to ordinary water immersion. However, the compressive strength results still exceeded the planned strength of 25 MPa</em></p> Jodiansyah Dewi Sulistyorini Detha Sekar Langit Wahyu Gutama Copyright (c) 2024 Jodiansyah, Dewi Sulistyorini, Detha Sekar Langit Wahyu Gutama https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 161 166 10.33579/krvtk.v9i2.5362 EVALUASI PENGGUNAAN PREFABRICATED VERTICAL DRAIN (PVD) PADA TANAH YANG MEMILIKI KARAKTERISTIK LUNAK //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/5363 <p>Penurunan tanah yang terjadi pada suatu area konstruksi merupakan tantangan yang harus diselesaikan dalam perencanaan sebelum dilakukan suatu konstruksi. Setiap jenis tanah memiliki karakteristik yang berbeda sehingga penanganannya juga harus disesuaikan. Pada lokasi yang dilakukan penelitian, jenis tanah yang ada adalah tanah lunak dengan material pembangunnya yang sudah tidak baik untuk dijadikan area konstruksi karena terjadi amblasan. Penggunaan Prefabricated Vertical Drain (PVD) pada tanah lunak telah menjadi solusi yang efektif dalam mempercepat proses konsolidasi tanah dan mengurangi risiko penurunan yang berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penggunaan PVD pada tanah lunak melalui analisis data lapangan yang diperoleh dari suatu kegiatan konstruksi. Metodologi penelitian melibatkan studi kasus di area dengan kondisi tanah lunak, pemasangan PVD dengan pola tertentu, serta pengukuran penurunan tanah sebelum dan sesudah pemasangan PVD. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap sebelumnya yang telah dilakukan pemasangan PVD dan penimbunan tahap 1, penurunan tanah yang terjadi belum secara signifikan teratasi. Dengan penurunan tanah yang masih bisa diizinkan maksimal 1,85 meter, pada area tersebut masih mengalami penurunan tanah hingga 1,75 meter. Selanjutnya, dilakukan penimbunan tahap 2 namun penurunan tanah yang terjadi belum teratasi serta penurunan yang terjadi semakin dalam, yaitu sebesar 4,35 meter. Hal ini mungkin disebabkan oleh terjadinya kerusakan platform konstruksi dan PVD akibat amblasan yang terjadi terlalu dalam, dengan keseluruhan mencapai 6,064 meter setelah dilakukan pemadatan (preloading) hingga 3 tahap. Dengan demikian, penggunaan PVD bukan berarti tidak menjadi solusi namun terjadinya faktor lain seperti kondisi tanah yang sudah terlalu cacat.</p> Angga Darmawan Widarto Sutrisno Leo Faylani Copyright (c) 2024 Angga Darmawan, Widarto Sutrisno, Leo Faylani https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 167 174 10.33579/krvtk.v9i2.5363 STABILISASI TANAH EKSPANSIF DI KECAMATAN LUMBIR, KABUPATEN BANYUMAS, JAWA TENGAH //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/5365 <p>Tanah ekspansif dijumpai di beberapa lokasi di Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Keberadaan tanah ekspansif ini mempunyai implikasi terhadap banyaknya kerusakan jalan di lokasi tersebut yang dikarenakan oleh sifat mudah mengembang yang dimiliki oleh tanah ekspansif. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan stabilisasi tanah ekspansif di lokasi penelitian dalam skala laboratorium. Tiga sampel tanah diambil di lokasi penelitian dan dilakukan analisis ukuran butir, kandungan mineralogi dan indeks plastisitas. Percobaan laboratorium penambahan kapur dilakukan pada tiga perlakuan yaitu 2,5%, 5%, dan 7,5%. Hasil analisis distribusi ukuran butir, menunjukkan bahwa persentase ukuran butir lempung yang rendah dan didominasi oleh ukuran butir lanau dan termasuk ke dalam golongan loam dan silt loam serta menunjukkan ketiga sampel memiliki gradasi yang cukup buruk. Hasil plotting nilai batas atterberg pada grafik plastisitas, sampel termasuk ke dalam kelompok CH (lempung plastisitas tinggi) dan CL (lempung plastisitas rendah). Analisis mineralogi menunjukkan bahwa sampel tanah tersusun atas mineral kaolinit dan monmorilonit. Kemudian, percobaan dengan melakukan penambahan kapur pada tanah ekspansif dapat menurunkan nilai indeks plastisitas. Penurunan terbesar terjadi pada sampel dengan penambahan kapur 7,5% yang memiliki nilai penurunan indeks plastisitas sebesar 51,23%.</p> Wawan Budianta Copyright (c) 2024 Wawan Budianta https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 175 182 10.33579/krvtk.v9i2.5365 METODE PERKUATAN LERENG DI INDONESIA: SYSTEMATIC LITERATURE REVIEW //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/5366 <p>Lereng adalah permukaan tanah yang membentuk sudut tertentu terhadap bidang horisontal dan tidak terlindungi. Lereng membutuhkan perkuatan untuk mencegah kegagalan atau kelongsoran yang disebabkan oleh faktor manusia atau faktor kondisi alam. Perkuatan lereng berfungsi menjaga stabilitas dan meningkatkan faktor aman (safety factor) pada suatu lereng. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perkuatan lereng yang paling banyak digunakan di Indonesia. Metode yang digunakan yaitu Systematic Literature Review (SLR) dengan mengumpulkan 100 jurnal melalui Sinta, Scopus, dan Garuda, lalu dipilih berdasarkan tahapan yang sudah ditentukan yaitu Research Question, Search Proses, Inclusion and Exclusion Criteria, dan Quality Assesment. Hasil Penelitian menunjukan pada RQ1 perkuatan lereng yang paling banyak digunakan di Indonesia yaitu Dinding Penahan Tanah dengan persentase 29,87%, Soil Nailing 20,78%, Geosintetik 19,48%, Pile 16,88%, Tumbuhan/Vegetasi 5,19%, Counterweight 3,9%, Subdrain 2,6%, dan Model Scale Test With X-Block 1,3%.&nbsp;&nbsp; Lalu, pada RQ2 menunjukan alasan penggunaan Dinding Penahan Tanah karena topografi Indonesia yang berbukit dan berlereng dengan derajat yang cukup besar atau curam, sehingga membuat lereng rentan terhadap erosi dan longsor. Pada RQ3 disampaikan implementasi perkuatan Dinding Penahan Tanah untuk solusi permasalahan lereng di Indonesia. Berdasarkan hasil systematic literatur review, dinding penahan tanah cocok dipakai di Indonesia dikarenakan dalam pembuatannya menggunakan material-material yang mudah didapat. Jadi, dalam perkuatan lereng di Indonesia direkomendasikan perkuatan menggunakan Dinding Penahan Tanah.</p> Andika Syahal Mahfuzh Niken Silmi Surjandari Copyright (c) 2024 Andika Syahal Mahfuzh, Niken Silmi Surjandari https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 183 188 10.33579/krvtk.v9i2.5366 EVALUATION OF THE IMPACT OF CAPACITOR BANK CAPACITY ON ENERGY EFFICIENCY AND POWER FACTOR AT ASTON INN HOTEL TASIKMALAYA //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/5375 <p><em>This study aims to evaluate the impact of capacitor bank capacity on energy efficiency and power factor at Aston Inn Hotel Tasikmalaya. The hotel's electrical system is characterized by a predominance of inductive loads, which generate a considerable amount of reactive power, thereby decreasing the overall power factor. To address this issue, capacitor banks are commonly used as a power factor correction tool, helping to reduce reactive power, minimize energy losses, and lower operational costs. However, the correct sizing of capacitor banks is crucial, as incorrect capacities can lead to system inefficiencies and potential instability. In systems where the power factor is low, there is an increase in electrical current, which contributes to higher energy losses in the form of heat and, consequently, elevated operational expenses. This study adopts a comprehensive approach involving direct measurement of the hotel's electrical system, detailed analysis of load data, and calculation of the ideal capacitor bank capacity required for optimal performance. The aim is not only to improve energy efficiency but also to enhance the overall stability and safety of the hotel's electrical network. The results of this research reveal that the currently installed capacitor bank has a capacity of 300 kVAr, which is significantly larger than the ideal requirement of 55 kVAr as determined through load analysis. This substantial excess in capacity results in a power factor shift from lagging to leading. Such a shift can lead to adverse effects on the electrical system, including potential instability, equipment malfunction, and increased wear and tear on system components. Additionally, it was discovered that the existing Power Factor Controller (PFC) is not operating at its optimal setting, further complicating the situation and preventing the system from achieving the desired power factor improvements. Based on these findings, it is recommended that adjustments be made to the capacitor bank capacity to align with the calculated ideal value. Moreover, a reconfiguration and proper tuning of the Power Factor Controller are necessary to ensure optimal performance. These corrective actions are expected to enhance power factor correction, improve energy efficiency, reduce operational costs, and maintain system stability within the hotel's electrical network.</em></p> Linda Faridah Rivaldi Vadilah Ifkar Usrah Copyright (c) 2024 Linda Faridah, Rivaldi Vadilah, Ifkar Usrah https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 189 196 10.33579/krvtk.v9i2.5375 ANALYSIS OF LIQUEFACTION POTENT ANALYSIS OF LIQUEFACTION POTENTIAL USING THE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD IN BANTUL DISTRICT, YOGYAKARTA PROVINCE, INDONESIA //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/5409 <p><strong><em>Abstract</em></strong><strong><em>&nbsp;</em></strong><strong><em>—</em></strong>&nbsp;<em>The earthquake that struck the Bantul district of Yogyakarta on May 27, 2006, with a Richter scale value of 6.3, caused sandboils in various areas in Bantul Regency. These symptoms are referred to as liquefaction events, and the phenomenon is fascinating to research</em><em>. These symptoms are referred to as liquefaction events, and the phenomenon is intriguing to researchers. Liquefaction in Bantul Regency is induced by the area's Young Volcanic Deposits of Merapi Volcano and shallow groundwater table, which can result in saturated soil during an earthquake. The research was conducted to assess the potential hazards of liquefaction. The data used in this research includes geological maps, groundwater depth maps, fault distance maps, river distance maps, and slope maps. The method used is the Analytical Hierarchy Process (AHP) to determine the weight of each parameter utilized, employing Geographic Information System software to overlay maps based on the obtained weight values, allowing the liquefaction threat potential map to be classified into high, medium, and low threats.&nbsp;According to the findings of this study, the lowland area between the Bedog and Opak rivers has a high liquefaction potential due to the presence of Young Volcanic Deposits of Merapi Volcano going back to the Quaternary epoch and a relatively shallow groundwater table. In contrast, the hilly terrain west of the Bedog River and east of the Opak River has a low liquefaction potential due to Tertiary sedimentary rocks and a deeper groundwater table</em></p> Dian Susri Nurhaci Copyright (c) 2024 Dian Susri Nurhaci https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 197 206 10.33579/krvtk.v9i2.5409 LITERATURE REVIEW ON CO-FIRING OF SUB BITUMINOUS COAL AND BIOMASS FOR GREENHOUSE GAS EMISSION MITIGATION //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/5429 <p>The overuse of fossil fuels has led to global warming and air pollution due to greenhouse gas emissions, particularly CO2. The toxic effects of coal combustion can be reduced by mixing coal with biomass, which is called the co-firing method. This study aims to analyze the use of co-firing using various types of biomass based on previous studies. The results show that different biomass blending ratios affect the emission reduction significantly. Mixing palm kernel shell biomass at a ratio of 10% biomass and 90% coal reduced emissions by 20%, while mixing mesua ferrea tree biomass and sawdust at a ratio of 75% coal and 25% biomass reduced emissions by 45%. The use of empty fruit bunch biomass at a ratio of 30% biomass and 70% coal can reduce CO2 emissions by 72.14%. Overall, co-firing proved effective in reducing greenhouse gas emissions and accelerating the transition to renewable energy, although its effectiveness depends on the type of biomass and the blending ratio.</p> Rizki Khoiriah Nasution Copyright (c) 2024 Rizki Khoiriah Nasution https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 207 212 10.33579/krvtk.v9i2.5429 SIMULASI PROSES PENGECORAN DALAM TAHAPAN REVERSE ENGINEERING TOOLPOST MESIN BUBUT KONVENSIONAL //journal.itny.ac.id/index.php/krvtk/article/view/5478 <p><em>Reverse engineering is an innovation in product development. Existing products are analyzed for further development or performance enhancement. This research focuses on the application of reverse engineering methods to create a toolpost, considering the need for toolpost spare parts for conventional lathes, which still relies on imports and is often unavailable in the market due to the discontinuation of manufacturers. The stages involved include gathering product information, analyzing functional features, measuring and modeling the toolpost, and conducting manufacturability analysis through casting simulation. This casting simulation aims to identify potential defects before the toolpost design is realized in a finished product. The simulation results indicate a total porosity defect of 2%, with defect locations identified in the gating system area and the hole area of the toolpost. Although defects are present, the percentage and locations of these defects are deemed unlikely to affect the functionality of the toolpost. The optimal pouring time is 2.38 seconds, and cooling time is 201.3 seconds to prevent cracking and deformation.</em></p> Agus Dwiyanto Hasanudin Muhammad Diki Setiawan Kurniawan Copyright (c) 2024 Agus Dwiyanto, Hasanudin, Muhammad Diki Setiawan, kurniawan https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2024-11-29 2024-11-29 9 2 213 220 10.33579/krvtk.v9i2.5478