Analisis Kerentanan Kebakaran Hutan dan Lahan di Jalur Pendakian Gunung Merbabu, Sindoro dan Sumbing, Jawa Tengah.

  • Ms. Magister Manajemen Bencana, Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
  • I Putu Gema Bujangga Waisnawa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Kata Kunci: Kebakaran Hutan, Taman Nasional, Kerentanan Ekonomi, Kerentanan Lingkungan, Indeks Kerentanan

Abstrak

Kebakaran hutan dan lahan merupakan bencana yang terjadi berulangkali di Indonesia yang dapat menyebabkan kerusakan hutan dan lahan. Faktor – faktor yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan yakni faktor kondisi alam seperti kondisi tutupan lahan, jenis tanah, dan kondisi iklim seperti fenomena El-Nino yang dapat menyebabkan kemarau panjang sehingga dapat memicu terjadinya kekeringan pada vegetasi dan berpotensi terbakar apabila terkena api. Faktor manusia seperti kelalaian dalam berkegiatan juga berpeluang menyebabkan kebakaran. Analisis kerentanan ini dilakukan secara spasial dengan menggabungkan semua komponen penyusun kerentanan, di mana masing – masing komponen kerentanan diperoleh sebagai hasil dari proses penggabungan beberapa parameter. Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji kerentanan di daerah penelitian (jalur pendakian Gunung Merbabu, Sindoro dan Sumbing) dan memperoleh kesimpulan dalam hal Potensi Kerugian Ekonomi, Potensi Kerugian Lingkungan dan Kelas Kerentanan di daerah penelitian. Pentingnya upaya menjaga kelestarian lingkungan gunung-gunung tersebut menjadi tanggung jawab kita semua, terkhusus para penggiat alam agar alam pegunungan ini dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan atau Suistanable Development Goals (SDGs) Indonesia, yang pada tahun 2030, memiliki target bahwa semua orang sadar akan pembangunan berkelanjutan dan menjalankan gaya hidup berwawasan lingkungan.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##

Referensi

J. Irwandi and B. Ismail, “Upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kertanegara Kalimantan Timur,†J. Agrifor, vol. xv, no. 2, pp. 201–210, 2016.

S. E. Novita and M. Vonnisa, “Pemodelan spasial kerentanan kebakaran hutan dan lahan di kalimantan timur,†J. Fis. Unand, vol. 10, no. 2, pp. 232–238, 2021. doi: 10.25077/jfu.10.2.232-238.2021.

P. C. Nugroho, S. E. Pinuji, G. Yulianti, S.Wiguna, Syauqi, F. Z Shabrina, R. T. Septian, A. Hafiz, A. Nugraha, A. N. Ichawana, A. Adi, R. E Randongkir, T. U. Handayaningsih, and A. A. Iriansyah, “Modul teknis penyusunan kajian risiko bencana kebakaran hutan dan lahan,†Publ. Dir. Pengurangan Risiko Bencana Badan Nas. Penanggulangan Bencana DPRB BNPB, 2019.

I. K. Hadi, S. H. Mukti, and W. Widyatmanti, “Pemetaan pola spasial kebakaran hutan dan lahan di taman nasional gunung merbabu berbasis penginderaan jauh tahun 2019,†J. Geogr. Geogr. Lingkung. Lahan Basah, vol. 2, no. 1, p. 43, jun. 2021, doi: 10.20527/jgp.v2i1.4536.

S. Liu, S. Wang, T. Chi, C. Wen, T. Wu, and D. Wang, “An improved combined vegetation difference index and burn scar index approach for mapping cropland burned areas using combined data from landsat 8 multispectral and thermal infrared bands,†Int. J. Wildland Fire, vol. 29, no. 6, p. 499, 2020. doi: 10.1071/wf18146.

J. Malczewski, GIS and multicriteria decision analysis, New York: John Wiley and Sons, Inc., 1999.

Kepala BNPB, peraturan kepala bnpb no. 2 tahun 2012 tentang pedoman umum pengkajian risiko bencana, vol. no. 2/kepalabnpb/2012. 2012.

W. Wiweka, “standardisasi klasifikasi dan simbol lahan perkotaan diturunkan dari citra resolusi spasial tinggi,†J. Stand., vol. 16, no. 1, p. 41, 2014. doi: 10.31153/js.v16i1.74.

C. A. Brewer, designed maps a sourcebook for gis users. redlands california: esri press, 2008.

Q. Meng, Y. Huai, J. You, and X. Nie, “Visualization of 3d forest fire spread based on the coupling of multiple weather factors,†Comput. Graph., vol. 110, pp. 58–68, 2023. doi: 10.1016/j.cag.2022.12.002.

T. Dhar, B. Bhatta, and S. Aravindan, “Forest fire occurrence, distribution and risk mapping using geoinformation technology: a case study in the sub-tropical forest of the Meghalaya, India,†Remote Sens. Appl. Soc. Environ., vol. 29, p. 100883, 2023. doi: 10.1016/j.rsase.2022.100883.

Q. Xu, W. Li, J. Liu, and X. Wang, “A geographical similarity-based sampling method of non-fire point data for spatial prediction of forest fires,†For. Ecosyst., vol. 10, p. 100104, 2023. doi: 10.1016/j.fecs.2023.100104.

A. Fekete and U. Nehren, “Assessment of social vulnerability to forest fire and hazardous facilities in Germany,†Int. J. Disaster Risk Reduct., vol. 87, p. 103562, 2023. doi: 10.1016/j.ijdrr.2023.103562.

M. De A. Aragão, N. C. Fiedler, A. H. Ramalho, R. A. Menezes, E. C. G Silva, R. S. Juvanhol, L. D. Biazatti, E. F. Silva, R. S. Pereira, G. M. Guanaes, and F. M. Lucas, “Risk of forest fires occurrence on a transition island amazon-cerrado: where to act?,†For. Ecol. Manag., vol. 536, p. 120858, 2023. doi: 10.1016/j.foreco.2023.120858.

L. M. Fitria, “Analisis kerentanan bencana longsor di lereng Gunung Wilis Kabupaten Nganjuk,†Kurvatek, vol. 1, no. 1, p. 8,. 2016. doi: 10.33579/krvtk.v1i1.104.

S. N. Sari, “Analisis pengurangan resiko banjir lahar dingin di Kecamatan Danurejan,†Kurvatek, vol. 2, no. 1, pp. 1–6, 2018. doi: 10.33579/krvtk.v2i1.547.

Diterbitkan
2023-04-28