MODEL PEMETAAN RESIKO BANJIR KOTA YOGYAKARTA DALAM MANAJEMEN MITIGASI RESIKO BENCANA BANJIR
Abstract
Kawasan perkotaan sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dan berfungsi sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Semen-tara itu, dalam menerjemahkan permukiman sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan peng-hidupan. Tujuan penelitian adalah tindakan-tindakan manajemen mitigasi resiko banjir yang dirumuskan dan ditetapkan ber-dasarkan ketinggian daerah di atas permukaan air laut rata-rata di lingkungan   permukiman di kota Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatip, dengan pendekatan purposive sampling, analisa data kualitatif, grounded theory, dan desain sementara diputar hingga jenuh. Data primer diperoleh melalui observasi, sementara data sekunder diperoleh melalui dokumentasi. Lokasi penelitian di 14 (empat belas) Kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa YogyakartaHasil Penelitian Model Pemetaan Resiko Banjir Kota Yogyakarta dalam Manajemen Mitigasi Resiko Bancana Banjir, ada 3 hasil temuan yang perlu diperhatikan yaitu.1). \Kondisi Ketinggian daerah-daeah di atas permukaan air laut rata-rata di Kota Yogyakarta yang dikelompokkan dalam 5 (lima) Wilayah. Untuk Wilayah I : Ketinggian Daerah/lahan di atas permukaan air laut rata-rata = ± 91 m - ± 117 m, Wilayah II. Ketinggian Daerah/lahan di atas permukaan air laut rata-rata = ±97 m - ± 114 m, Wilayah III. Ketinggian Daerah/lahan di atas permukaan air laut rata-rata = ± 102 m - ± 130 m, Wilayah IV. Ketinggian Daerah/lahan di atas permukaan air laut rata-rata = ± 75 m - ± 102 m, Wilayah V. Ketinggian Daerah/lahan diatas permukaan air laut rata-rata = ± 83 m - ± 102 m, 2). Diantisipasi penanganan dalam a).penanggulangan resiko bencana banjir terutama dalam perkembangan tata wilayah yang sering tidak bisa dikendalikan, sehingga mengarah ke perusakan DAS dan menjarah daerah resapan dan b). perubahan tata guna lahan yang akan menyebabkan retensi DAS berkurang secara drastis juga ekosistem akan hilang secara simultan rusak.3). Hujan bukanlah penyebab utama banjir dan tidak selamanya hujan dapat menimbulkan banjir. Terjadi atau tidaknya banjir justru sangat tergantung dari a) faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS), b).faktor kesalahan perencanaan pembangunan alur sungai, c) faktor pendangkalan sungai dan d).faktor kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana dan prasarana.
Published
2015-10-12
How to Cite
Wismoro, A. (2015) “MODEL PEMETAAN RESIKO BANJIR KOTA YOGYAKARTA DALAM MANAJEMEN MITIGASI RESIKO BENCANA BANJIR”, ReTII, 00. Available at: //journal.itny.ac.id/index.php/ReTII/article/view/130 (Accessed: 10December2024).
Section
Articles
Prosiding ini memberikan akses terbuka langsung ke isinya dengan prinsip bahwa membuat penelitian tersedia secara gratis untuk publik mendukung pertukaran pengetahuan global yang lebih besar.
Semua artikel yang diterbitkan Open Access akan segera dan secara permanen gratis untuk dibaca dan diunduh semua orang.