Kualitas Airtanah Untuk Kelayakan Air Minum Daerah Pulau Miang Besar, Pulau Miang Kecil, Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
Abstract
Pulau Miang Besar dari lokasi penelitian tersusun oleh 1 jenis Formasi Golok yang tersusun oleh beberapa litologi yaitu, batu gamping klastik dan non klastik yang dimana batugamping klastik terdiri dari batugamping kalkarenit dan batugamping non klastik terdiri dari batugamping terumbu, dimana dalam formasi ini juga terdapat endapan kuarter. Satuan batuan yang baik sebagai akuifer (lapisan pembawa airtanah) ialah batugamping terumbu. Batugamping sangat baik untuk meneruskan air permukaan menjadi airtanah. Begitu juga dengan litologi batugamping klastik yang terdiri dari kalkarenit, batugamping terumbu dan endapan yang semuanya bersifat porous sangat baik untuk meneruskan air permukaan menjadi airtanah. Berdasarkan pengamatan dilapangan, kedalaman dari muka airtanah berada kedalaman yang cukup dangkal yakni berkisar 2,8 – 5,4 m dibawah permukaan, yang mana keterdapatan airtanah dangkal ini biasanya berasosiasi dengan jenis akuifer bebas atau akuifer dangkal (unconfined aquifer). Berdasarkan deskripsi fisik yang dilakukan dilapangan terlihat bahwa umumnya air-air sumur yang berada dilokasi ada yang berwarna, ada pun juga yang tidak berwarna, dan juga beberapa sumur yang memiliki rasa asin dan juga berbau. Dari hasil pengukuran Kimia didapatkan bahwa ketiga sumur memiliki kandungan Zat organik yang masing-masing sumur2 (3.72 mg/L) dan sumur3 (3.10 mg/L),sumur7(3.10 mg/L). Baku mutu kadar besi sebagai sumber air bersih sebesar 1,0 mg/l. Sehingga untuk kadar besi pada sumur gali yang ada masih tergolong aman dan memenuhi syarat sebagai air bersih. yang ada di daerah penelitian masih memenuhi syarat sebagai bahan baku air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
References
[2] Biantoro, E., Muritno, B.P., Mamuaya, J.M.B. 1992. Inversion Faults as The Major Structural Control in the Northern Part of TheKutai Basin, East Kalimantan.Proceedings Indonesian Petroleum Association, 21st Annual Convention and Exhibition, October 1992, p.45-46.
[3] Darman, H., & Sidi, F. H. (2000). An Outline of the Geology of Indonesia. Jakarta: Publikasi Ikatan Ahli Geologi Indonesia.
[4] Effendi, Hefni. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya danlingkungan perairan. Yogyakarta : Kanisius
[5] Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius. YogyakartaFetter, Charles Willard, 1994), Applied Hydrogeology, Third Edition.Prentice-Hall, Inc. Macmillan.
[6] Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., dan Magara, Y. (2006). Fluoride in Drinking Water. London: Iwa Publishing. (Published on behalf of the WHO).
[7] Kodoatie, Robert, J. 2012. Tata Ruang Air Tanah. Yogyakarta : Penerbit ANDI Lapisan Pembawa Airtanah Daerah Kebakalan dan Sekitarnya, Kebumen-Jawa Tengah. Jurnal Natural B, 3(4), 303-311.
[8] Rao, C. S. (1992). Environmental Pollution Control Engineering. New Delhi: Wiley Eastern Limited.
[9] Ott H.L., 1987, The Kutai Basin – A Unique Structural History,Proceeding of the Indonesian Petroleum Association, 16 th Annual Convention, Jakarta, Indonesia
[10] Zeffitni. 2011. Agihan Spasial Potensi Airtanah Berdasarkan Kriteria Kualitas di Cekungan Airtanah. Jurnal Mektek Tahun XII No. 3 Septeber 2019. ISSN 1411 –0954. Sumber: https://geochemsurvey.com/download-peta-cat-cekungan-air-tanahindonesia/.
Prosiding ini memberikan akses terbuka langsung ke isinya dengan prinsip bahwa membuat penelitian tersedia secara gratis untuk publik mendukung pertukaran pengetahuan global yang lebih besar.
Semua artikel yang diterbitkan Open Access akan segera dan secara permanen gratis untuk dibaca dan diunduh semua orang.