Dinamika Sedimentasi Formasi Prupuh dan Paciran daerah Solokuro dan Paciran, Lamongan, Jawa Timur

  • Farida Alkatiri STTNAS Yogyakarta
  • Harman syah STTNAS Yogyakarta

Abstract

Daerah Solokuro dan Paciran, Lamongan merupakan lokasi yang baik untuk penelitian geologi karena di lokasi ini tersingkap batugamping Formasi Prupuh yang berumur Miosen Awal dan Formasi Paciran yang berumur Pliosen. Topik yang menarik untuk dikaji adalah bagaimana sejarah geologi di wilayah ini kaitanya dengan dijumpainya kontak antara dua formasi dengan umur yang jauh berbeda. Analisa perkembangan fasies dan lingkungan pengendapann akan menunjukkan dinamika sedimentasi yang terjadi.

Penelitian dilakukan dengan pengambilan data stratigrafi terukur beserta dengan sampel paleontologi dan petrografi pada beberapa interval yang mewakili. Analisa dilakukan dengan cara membagi fasies berdasarkan ciri litologi yang diitegrasikan dengan data umur dan lingkungan pengendapan. Berdasarkan litofasiesnya, stratigrafi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 fasies, fasies 1 : wackestone, fasies 2: packestone, facies 3: coraline foatstone, fasies 4: ongkoid floatstone. Dibagian bawah jalur pengukuran pada interval 0- 17 m berkembang perselingan fasies wackstone-packstone. Pada interval 17- 18.7 m dijumpai adanya paleosoil. Diatas dari paleosoil pada interval 18.7-42 m dijumpai coraline floatstone yang berubah kearah atas dari interval 42-54.6 menjadi ongkoid floatstone.

Sedimentasi dimulai dari pengendapan perselingan fasies wackstone dan packstone Formasi Paciran yang berumur N3-4 pada lingkungan yang semakin mendangkal ke arah atas. Lingkungan berubah dari batimetri neritik luar menuju neritik tepi ditunjukkan oleh kandungan fosil bentonik. Keberadaan paleosoil menunjukkan bahwa setelah pengendapan perselingan wackstone- packstone, batuan tersingkap di permukaan dan mengalami pelapukan. Perubahan lingkungan dari laut menjadi darat yang dicirikan oleh paleosoil mengindikasikan turunnya muka air laut.   Proses sedimentasi selanjutnya berlangsung saat muka air laut naik yang ditunjukkan oleh pengendapan coraline floatstone yang berubah kearah atas menjadi ongkoid floatstone Formasi Paciran.

Cekungan pengendapan di daerah penelitian saat pengendapan Formasi Prupuh dimodelkan berada pada daerah open sea shelf yang kemudian berubah menjadi lingkungan darat yang terjadi akibat terjadinya penurunan muka air laut sepanjang Miosen Tengah hingga Akhir.  Penurunan muka air laut ini berkaitan dengan adanya tektonik kompresional yang menyebabkan inversi di Cekungan Jawa Timur. Pada Pliosen awal terjadi kenaikan muka air laut yang ditandai dengan pengendapan Formasi Paciran pada lingkungan laut dangkal (fore slope reef – shelf lagoon open circulation).

 

Kata Kunci: Dinamika sedimentasi, Formasi Prupuh, Formasi Paciran

References

Bransden, P.J.E dan Matthew, S.J., 2006, Structural and Stratigraphic Evolution of the East Java Sea, Proceeding Indonesian Petroleum Association 21 st, Jakarta.

Embry, A. F., and J. E. Klovan, 1971, A Late Devonian reef tract on northeastern Banks Island, N.W.T.: Bulletin of Canadian Petroleum Geology, v. 19, p. 730-781.

Harsono Pringgoprawiro, 1983, Biostratigrafi dan Paleogeografi Cekungan Jawa Timur Utara, Suatu Pendekatan Baru, Desertasi Doktor, ITB, Bandung.

Satyana, A.H. & Djumlati, 2003, Oligo-Miocene Carbonates of the East Java Basin, Indonesia : Facies Definition Leading to Recent Significant Discoveries, American Association Of Petroleum Geologists, Spanyol.

Selly, R.C., 1985., Ancient Sedimentary Environment, Cornell University Press, Great Britain.

Wilson, J.L., 1975, Carbonate Facies in Geologic History, Springer, New York, 471p

Published
2017-03-16
How to Cite
Alkatiri, F. and syah, H. (2017) “Dinamika Sedimentasi Formasi Prupuh dan Paciran daerah Solokuro dan Paciran, Lamongan, Jawa Timur”, ReTII, 00. Available at: //journal.itny.ac.id/index.php/ReTII/article/view/505 (Accessed: 5December2024).