Fasies Pengendapan dan Mikroskopis Batubara Seam-A Daerah Senyiur-Muara Wahau, Kab. Kutai Timur, Kalimantan Timur

  • Basuki Rahmad Teknik Geologi UPN "Veteran" Yogyakarta
Kata Kunci: progradasi delta

Abstrak

Hal yang menarik dari penelitian ini adalah kehadiran lapisan batubara secara multiple seam (berulang) dalam satu unit genetik pengendapan sedimen di daerah Senyiur Muara Ritan, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Oleh karena itu studi facies pengendapan pengendapan dan sifat mikroskopis batubara menjadi hal penting untuk dilakukan kajian.

Singkapan batubara dijumpai disepanjang jalan antara Senyiur-Muara Ritan, tersingkap dengan baik berupa strukutur sayap lipatan, termasuk dalam Formasi Balikpapan Cekungan Kutai. Hasil pengukuran stratigrafi terukur sedimen pembawa batubara terdiri perulangan batulempung sisipan batupasir dan batubara dengan ketebalan antara 0,25m sampai 2 m. hasil Analisa proksimat nilai kalori 5711-6233 cal/gr dengan nilai reflekjtan vitrinite 0,5 termasuk peringkat sub-bituminus. Hasil analisis mikroskopis dari 2 sampel batubara kandungan maseral vitrinite 85,88 % vol. (ALC-1) dan 88 % vol (ALC-2) ; liptinite 4,6 % vol. (ALC-1) dan 6,4% vol. (ALC-2); inertinite 1 % vol. (ALC-1) dan 3,8 % vol. (ALC-2) , kandungan mineral pyrite terdiri dari 3,4 % vol. (ALC-1) dan 5,6 % vol. (ALC-2).

Fasies pengendapan batubara daerah telitian berada pada sistem progradasi delta yang akan menghasilkan daerah limpah banjir pada sistem sungai meandering, menghasilkan endapan overbank berupa batulempung, crevase splay berupa batupasir berlapis, natural levee berupa perselingan lanau, batupasir dan batulempung dan channel batupasir di delta plain. Hal yang menarik dari sifat mikroskopis batubaranya adalah bertambahnya kandungan maseral vitrinite, liptinite dan inertinite pada sampel ALC-2 serta bertambahnya mineral pyrite pada sampel ALC-2 sebesar 5,6 % vol. yang memperlihatkan framboidal pyrite sebagai pyrite marcasite.

Referensi

[1] Allen G.P., et al., 1998. Sedimentation in the Modern and Miocene Mahakam Delta, Indonesian Petroleum Association. 231p.
[2] Biantoro, E. et al., Inversion Fault as the Major Structural Control in the Northern part of Kutai Basin, East Kalimantan. Proceeding Indonesia Petroleum Association 20th annual Convention : 45-68p.
[3] Chamber, J. L. C. and Daley, T.L.,1995. A Tectonic Model for the Onshore Kutei Basin East Kalimantan, Based on an
Integrated Geological and Geophysical Interpretation, Proceeding IPA 24th Ann. Conv.
[4] Feriansyah, et al., 1999. Structural and stratigraphic framework of the Palaeogene in the northern Kutei
Basin East Kalimantan. Indonesian Petroleum Association, 27th Annual Convention, p. 443-455
[5] Moss, S. J. and Chamber,J.L.C.,1999. Depositional Modeling and Facies Architecture of Rift and Inversion Episodes in The Kutei Basin, Kalimantan, Indonesia, Proceeding IPA 27th Ann.Conv.
[6] Mukhopadhay et al., 1991. Peat Formation in a Westphalian B Piedmont Setting, Cumberland Basin, Nova Scotia: Implicatios for the Maceral-Based Interpretation of Rheotrophic and Raised Paleomires. Bull.Soc.Geol. Franc., 162: 188-283.
[7] Ott, H.L., 1987. The Kutai Basin a Unique Structural History, Proceeding IPA 16th Ann,Conv. p.307-316.
Diterbitkan
2022-11-11