Arsitektur Vernakular Tatar Pasundan dalam Perancangan Pasar Induk

  • Basuki 1Program Studi Arsitekur Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto
  • Eghi Dwi Yulianto
  • Dwi Istiningsih
Kata Kunci: Pasar, Arsitektur Vernakular, Identitas Tempat

Abstrak

Perkembangan suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai sektor, salah satunya adalah sektor perdagangan, dalam halini pasar menjadi point penting bagi wilayah karena terjadi pertukaran barang dan jasa. Bagi masyarakat pasar sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari hari bukan hanya sebagai sarana perdagagan namun juga sebagai sarana interaksi sosial antar golongan masyarakat. Banjar Patroman merupakan salah satu kota yang ada di provinsi Jawa Barat, Indonesia.  Kota Banjar merupakan kota agraris dimana dua pertiga wilayahnya merupakan pedesaan dengan lahan pertanian dan perkebunan cukup luas, sehingga sektor pertanian dan perkebunan memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi Kota Banjar. Kondisi tersebut tidak berbanding dengan perkembangan sarana perdagangan yang ada. Sehingga pasar induk muncul sebagai solusi untuk mewadahi kegiatan perekonomian yang terus berkembang terutama di sektor perdagangan dan pertanian/perkebunan.Konsep arsitektur vernakular dipilih pada perancangan Pasar Induk bertujuan untuk melestarikan kembali unsur-unsur atau ciri khas arsitektur lokal, terutama pada arsitektur sunda yang dimana mengedepankan hubungan antara manusia dan alam/lingkungan.

Referensi

[1] J. Santoso and M. Irawati, “The Future of the Traditional Market and Its Importance to Develop the Global Competitiveness of the City Based on Its Local-Specific Potentials,” in Proceedings of the 8th Conf. Int. Forum Urban.: True Smart and Green City ? International Forum on Urbanism, 2015, no. May 2016. doi: 10.3390/ifou-B003.
[2] D. Setiawan et al., “A Modern Vibe : The-redesign of Traditional Market,” 2018. doi: 10.1088/1757-899X/288/1/012043.
[3] Permendag, “Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor 61/M-DAG/PER/8/ 2015 tentang pedoman pembangunan dan pengelolaan sarana perdagangan,” 2015.
[4] BPS, Kota Banjar Dalam Angka 2022. Kota Banjar: BPS Kota Banjar, 2022.
[5] Wasilah, A. Rahman, and M. Misbahuddin, “Pasar Tradisional dengan Penataan Modern di Kota Makasae,” Nature, vol. 4, no. 1, pp. 11–20, 2017.
[6] B. Parsons, “Constructing Image , Identity , and Place : Perspectives in Vernacular Architecture IX,” Public Hist., vol. 26, no. 3, pp. 80–82, 2016.
[7] Y. Rajpu and S. Tiwari, “Neo-vernacular architecture : a paradigm shift,” PalArch’s J. Archaeol. Egypt/Egyptology, vol. 17, no. 9, pp. 7356–7380, 2020, [Online]. Available: https://archives.palarch.nl/index.php/jae/article/view/5523
[8] A. Chusnah, “Pengaruh Kondisi Pandemi Pada Permintaan Permintaan Pasar Fasat Food,” 2020. [Online]. Available: eprints.umsida.ac.id
[9] P. Jain, “Arhitecture for Future Market Place,” Int. J. Creat. Res. Thoughts, vol. 9, no. 3, pp. 623–644, 2021.
[10] N. Fligstein and R. Calder, “Architecture of Markets,” no. October 2017, 2015, doi: 10.1002/9781118900772.etrds0014.
[11] J. A. Coca-Stefaniak, “Beyond smart tourism cities – towards a new generation of ‘wise’ tourism destinations,” J. Tour. Futur., p. ahead–of–print No. ahead–of–print, 2020, doi: 0.1108/JTF-11-2019-0130.
[12] G. Suharjanto, “Membandingkan Istilah Arsitektur Tradisional Versus Arsitektur Vernakular: Studi Kasus Bangunan Minangkabau Dan Bangunan Bali,” CornTech, vol. 2, no. 2, 2011, [Online]. Available: journal.binus.ac.id
[13] I. Mentayan and P. Muthia, “Menggali Makna Arsitektur Vernakular: Ranah, Unsur, dan Aspek-Aspek Vernakularitas,” 2017.
[14] G. Ayu, M. Suartika, and J. Nichols, Reframing the Vernacular : Politics ,. Denpasar, Indonesia; Adelaide, Australia: Springer, 2019.
[15] B. Pradono, “The Transformation of Contemporary Architecture: A Reinterpretation and Understanding of Local Geniuses,” SMART Semin. Archit. Res. …, no. May, 2018, [Online]. Available: http://smartfad.ukdw.ac.id/index.php/smart/article/view/22
Diterbitkan
2022-11-11