Fasies dan Lingkungan Pengendapan Karbonat di Gua Gadung, Desa Pundung Sari, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Abstrak
Daerah penelitian mengenai fasies dan lingkungan pengendapan batuan karbonat Formasi Wungkal-Gamping berada pada Gua Gadung, Desa Pundung Sari, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan posisi geografis 7o53’32.2â€S dan 110o46’09.1â€E. Belum banyak orang awam maupun peneliti mengetahui lokasi dari Gua Gadung, terlebih melakukan kajian lebih dalam, sehingga kajian detail mengenai fasies dan lingkungan penegndapan batuan di daerah penelitian perlu dilakukan. Daerah penelitian secara regional termasuk ke dalam Formasi Wungkal ini dijumpai setempat dan berada di antara Formasi Semilir dan Mandalika di utara Gunung Panggung, Semin, Gunung Kidul. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi fasies dan lingkungan pengendapan melalui kajian lapangan dan analisis petrografi. Metode penelitian dari analisis petrografi dari 3 sampel sayatan yang diambil di dalam Gua Gadung. Hasil dari determinasi dan pendeskripsian batuan didapatkan fasies berupa Wackestone, Corraline Bindstone, dan Foraminifera Rudstone. Setelah diidentifikasi dan diplotkan ke model lingkungan pengendapan, didapatkan bahwa daerah ini dahulunya merupakan Reef Margin hingga Toe-of Slope. Penarikan umur batuan pada fragmen batugamping di batuan breksi alas yang berada pada bawah Gua Gadung. Analisis umur relatif mendapatkan umur N3 (Oligosen Akhir) menandakan bahwa kemungkinan batuan karbonat Gua Gadung diendapkan sebelum keberadaan Formasi Semilir.
Kata kunci : Gua Gadung, fasies karbonat, Wungkal-Gamping, Semin
Referensi
[2] Kusumayudha, S.B., 2005. Hidrogeologi Karst dan Geometri Fraktal di Daerah Gunungsewu. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.
[3] Rizqi, A. H. F., & Sugarbo, O. (2020). Rekonstruksi Stratigrafi Jalur Sungai Krenceng, Ponjong, Gunung Kidul, Yogyakarta. Journal. Itny. Ac. Id, 2020, 255-271.
[4] Surono, Toha, B. dan Sudarno. 1992. Peta Geologi Lembar Surakarta dan Giritontro, Jawa; Sekala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
[5] Bronto, S,. dan Hartono, H.G., 2001. Panduan Ekskursi Geologi Kuliah Lapangan2, STTNAS: Yogyakarta.
[6] Bothé,A.Ch.D (1929) Jiwo Hills and Southern Range Excursion Guide.IVth Pacific Science Congress, Java, Bandung,pp.1-14.
[7] Rahmawati, D., Barianto, D. H., & Rahardjo, W. (2022). Analisis Mikrofasies Batugamping Formasi Wungkal-Gamping Jalur Padasan, Gunung Gajah, Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Jurnal Teknik Geologi : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 5(1).
[8] Choiriah, S. U., Bambang, P., R Eko Jati, K., & SURONO, S. (2016). Foraminifera Besar Pada Satuan Batugamping Formasi Gamping-Wungkal, di Sekarbolo, Perbukitan Jiwo, Bayat-Klaten. Jurnal Teknologi Mineral, 19(1), 1-8.
[9] Grabau, A. 1904. On The Classification of Sedimentary Rocks, New Jersey: Princeton University.
[10] Dunham, R.J. 1962, Classification of carbonate rocks according to depositional texture: American Association of Petroleum Geologists, Memoir, v. 1, p. 108- 121.
[11] Wilson, J. L., 1975. Carbonate Facies in Geologic History. Springer Verlag, New York, 471.
[12] Schlager, W., 2005. Carbonate Sedimentology and Sequence Stratigraphy, SPEM, Tulsa, Oklahoma.
[13] Embry, A. F., & Klovan, J. E. (1972). Absolute water depth limits of Late Devonian paleoecological zones. Geologische Rundschau, 61, 672-686.
[14] Blow, W. H. (1969, January). Late Middle Eocene to Recent planktonic foraminiferal biostratigraphy. In Proceedings of the first international conference on planktonic microfossils (Vol. 1, pp. 199-422). Leiden: Ej Brill.
[15] Tipsword, H. L, Setzer, F. M, dan Smith, F. L. JR. 1966. Interpretation of Depositional Environment in Gulf Coast Petroleum Exploration from Paleoecology and Related Stratigraphy. Gulf Coast Assoc. Geol. Socs. Trans.
[16] Uca, U., & Angriani, R. (2018). Pemetaan Gua Kalibbong Aloa Kawasan Karst Pangkep. Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam, 7(2), 92. https://doi.org/10.35580/sainsmat7273622 018
[17] Gillieson, D. 1996. Caves: Processes, Development and Management. Oxford: Blackwell.
[18] Wilson, J. R. (1984). Speleothems as examples of chemical equilibrium processes. Journal of geological Education, 32(2), 86-88.
[19] Folk, R. L. (1951). Stages of textural maturity in sedimentary rocks. Journal of Sedimentary Research, 21(3), 127-130.
[20] Habibie, S. R. (2021). Geologi dan Studi Batubara Pada Formasi Semilir Daerah Terbah, Kecamatan Patuk, kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DI Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA, 3(2).
[21] Wijayanti, H. D. K. (2022). Stratigrafi Kontak Formasi Semilir dan Ngglangran Pada Jalur Pilangrejo, Nglipar, Gunung Kidul. JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi), 8(02), 137-151.
[22] Rizqi, A. H. F., & Sukiyah, E. (2022). Nanggulan formation as a roof pendant at the central part of Kulon Progo Mountains, Yogyakarta, Indonesia. Songklanakarin Journal of Science & Technology, 44(3).
[23] Dunning, G. E., Walstrom, R. E., & Lechner, W. (2018). Barium silicate mineralogy of the western margin, north American continent, part 1: Geology, origin, paragenesis and mineral distribution from Baja California Norte, Mexico, Western Canada and Alaska, USA. Baymin Journal, 19(5), 1–70. Retrieved from https://www.researchgate.net/ publication/328232378.
[24] Yudha Pratama, R. and Rizqi, A. H. F. (2022) “ANALISIS TINGKAT KERENTANAN GERAKAN TANAH MENGGUNAKAN MODIFIKASI METODE STORIE STUDI KASUS DAERAH PUNDUNGSARI, KECAMATAN SEMIN, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.â€, ReTII, pp. 223-231
Prosiding ini memberikan akses terbuka langsung ke isinya dengan prinsip bahwa membuat penelitian tersedia secara gratis untuk publik mendukung pertukaran pengetahuan global yang lebih besar.
Semua artikel yang diterbitkan Open Access akan segera dan secara permanen gratis untuk dibaca dan diunduh semua orang.