UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN KITOSAN DALAM ASAM ASETAT DENGAN MELAKUKAN PERLAKUAN AWAL PADA PENGOLAHAN LIMBAH KULIT UDANG MENJADI KITOSAN
Abstrak
Pada proses pengolahan udang menghasilkan limbah berupa kulit udang yang mencapai sekitar 30% dari berat udang
utuh. Limbah yang dihasilkan dapat berupa bagian kepala, kulit, dan ekor udang. Bahan sisa ini dapat dijadikan bahan baku
untuk membuat produk kitosan yang lebih bernilai ekonomis. Kitosan banyak digunakan dalam penanganan limbah cair
industri, industri kosmetik, pelarut lemak, dan juga sebagai pengawet makanan. Untuk kitosan yang memiliki daya larut yang
tinggi dalam larutan asam asetat 1% dapat secara luas dimanfaatkan untuk pembuatan plastik edible.
Proses untuk menghasilkan kitosan pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu ekstraksi kitin dengan
proses deproteinasi dan demineralisasi yang diteruskan dengan proses deasetilasi kitin. Proses yang digunakan sangat
menentukan karakter kitosan yang dihasilkan, salah satunya adalah kelarutan kitosan dalam asam asetat 1%. Dalam
penelitian ini dilakukan upaya peningkatan mutu kitosan hasil dengan cara melakukan perebusan kulit udang sebagai
perlakukan awal kulit udang sebelum dilakukan proses deproteinasi menggunakan larutan natrium hidroksida, demineralisasi
mengunakan larutan asam klorida, dan deasetilasi dengan larutan natrium hidroksida. Proses yang optimal ditentukan dengan
melihat rendemen yang dihasilkan serta kelarutan kitosan dalam asam asetat 1%.
Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa proses deasetilasi dengan konsentrasi NaOH minimal 40%
memberikan hasil kitosan dengan kelarutan dalam asam asetat 1% sebesar 83,34%. Sedangkan penggunaan konsentrasi
NaOH yang berbeda (35% - 50%) pada pembuatan kitosan dari limbah udang tidak menunjukkan perbedaan signifikan
dilihat dari jumlah kitosan yang dihasilkan. Proses perebusan kulit udang selama 60 menit mampu meningkatkan kelarutan
kitosan dalam larutan asam asetat 1% secara signifikan, dengan nilai kelarutan kitosan sebesar 93,19%.
Referensi
A Thesis in Department of Food Science, Seoul National University. Meyers, S.P., No, H.K., Prinyawiwatkui, W., and Xu, Z., 2007, Applications of Chitosan for
Improvement of Quality and Shelf Life of Foods: A Review, Journal of Food Science.
Nadarajah, K., 2005, Development and Characterization of Antimicrobial Edible Film from Crawfish Chitosan, Dessertation in Department of Food Science, University of Paradeniya.
No, H.K., Cho, Y.I., Kim, H.R., Meyers, S.P., 2000, Effective Deacetylation of Chitin under Conditions of 15 psi/1210 C, Journal of Agricultural and Food Chemistry, 48(6), pp.2625-2627.
No, H.K. and Meyers, S.P., 1995, Preparation and Characterization of Chitin and Chitosan-A Review, Journal of Aquatic Food Product Technology, 4(2), pp. 27-52.
Prasetyaningrum, A., Rokhati, N., dan Purwintasari, S., 2007, Optimasi Derajat Deasetilasi pada Proses Pembuatan Chitosan dan Pengaruhnya sebagai Pengawet Pangan, Riptek, Vol.1, No.1, Hal. 39-46.
Rachmania, D., 2011, Karakteristik Nano Kitosan Cangkang Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan Metode Gelas Ionik, Skripsi, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suptijah, P., 2004, Tingkat Kualitas Kitosan Hasil Modifikasi Proses Produksi, Buletin Teknologi Hasil Pertanian IPB, Volume VIII No.1.
Yoshida, C.M.P., Junior, E.N.O., and Franco, T.T., 2009, Chitosan Tailor-Made Films: The Effects of Additives on Barrier and Mechanical Properties, Packaging Technology and Science, 22, 161 – 170.
Prosiding ini memberikan akses terbuka langsung ke isinya dengan prinsip bahwa membuat penelitian tersedia secara gratis untuk publik mendukung pertukaran pengetahuan global yang lebih besar.
Semua artikel yang diterbitkan Open Access akan segera dan secara permanen gratis untuk dibaca dan diunduh semua orang.