FENOMENA HARD GROUND PADA BATU LEMPUNG KAYA GAMPINGAN FORMASI NANGGULAN, DI SUNGAI WATUPURU, PEGUNUNGAN KULON PROGO, YOGYAKARTA

  • Siti Nuraini Teknik Geologi, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Abstract

Fenomena hardground yang ditemukan di Sungai Watupuru terbagi ke dalam 3 katagori yaitu lapisan hardground Briozoa, lapisan hardground pecahan cangkang dan lapisan hardground kerakal karbonat konglomeratan. Lapisan hardground Briozoa adalah lapisan mengandung hewan lumut yang hidup berkoloni pada dasar-dasar laut. Lapisan ini merupakan bagian teratas dari batuan wackestone atau peckstone (Dunham, 1962). Lapisan pecahan cangkang juga sering dijumpai sebagai sisipan pada Formasi Nanggulan yang kaya gampingan. Lapisan hardground Briozoa ini dinamakan hardground laut yang pada umumnya berasosiasi dengan zona sub-tidal (Moore, 1989; Walker, 1984). Lapisan hardground berikutnya adalah lapisan kerakal karbonat konglomeratan dicirikan oleh butirannya sangat membundar (well-rounded), kemas terbuka, tertanam dalam matriks ukuran pasir kasar (2-1 mm). Diameter ukuran butiran-butiran berkisar antara 2 sampai 3 cm dengan keadaan tidak saling bersentuhan.

Semen oksidasi besi yang berwarna coklat kemerahan mengikat butiran-butiran tersebut. Fragment/ butiran karbonat konglomerat dahulunya berupa cangkang-cangkang Molluska Bivalve yang mengalami pelarutan, sehingga yang tertinggal hanya berupa cetakan saja. Suasana korosiv sangat terlihat diakibatkan oleh intensivnya pengaruh oksidasi besi selama penyemenan antar fragment-fragment tersebut.

Kehadiran galian fauna yang melintang di permukaan lapisan hardground ini merupakan inchnofasies Trypanites. Lapisannya sendiri menunjukan pola pengkasaran ke atas (coarsening upward atau gradasi terbalik (reverse gradded bedding). 

            Peristiwa susut laut/ regresion telah dibuktikan oleh penemuan hardground-hardground pada Formasi Nanggulan di Sungai Watupuru. Muka laut telah mundur dari kondisi asalnya yaitu zona subtidal ke laut lepas. Masih perlu penelaahan lebih lanjut mengenai peristiwa regresi pada Formasi Nanggulan ini, apakah berhubungan dengan peristiwa tektonisme daerah setempat atau fluktuasi muka laut global (eustasi).

 

Kata kunci: lapisan hardground, lapisan, Molluska, cangkang, Formasi Nanggulan, Sungai Watupuru.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Siti Nuraini, Teknik Geologi, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Techniqu Dpartment

References

Amijaya, H., Adibah, N., Anshori, A.Z.A., 2016. Lithofacies and Sedimentation of Organic Matter in Fine Grained Rock of Nanggulan Formation in Kulon Progo, Yogyakarta, Journal of Applied Geology, vol. 1 (2) pp. 82-88.

Anshori, A.Z.A., Amijaya, H., 2014. Proses Pengendapan dan Lingkungan Pengendapan Serpih Formasi Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta Berdasarkan Data Batuan Inti, Proc. Seminar Nasional Kebumian ke-7, Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gajah Mada.

Bodenbender, B.E.; Wilson, M.A.; Palmer, T.J., 1989. Paleoecology of Sphenothallus on an Upper Ordovician hardground, Lethaia. 22 (2): 217–225.

Brett, C.E., Liddell, W.D., Derstler, K.L., 1983. Late Cambrian Hard Substrate Communities from Montana/ Wyoming: the Oldest Known Hardground Encrusters, Lethaia, v.16, 281-189.

Coe, A.L., Bosence, D.W.J., Church, K.D., Flint, S.S., Howell, J.A., and Wilson, R.C.L., 2003. The Sedimentary Record of Sea-level Change: Cambridge, UK, Cambridge University Press, 288.

Dunham, R.J., 1962. Classification of Carbonate Rocks According to Depositional Texture. In: Classification of Carbonate Rocks (Ed. W.E. Ham), Am. Assoc. Pet. Geol. Mem., 1, 108–121.

James, N.P. dan Choquette, P.W., 1983. Diagenesis, Limestone, The sea floor Diagenetic Environment, Geosci. Can., 0, 162-179.

Kay, G.M., 1951. North American Geosynclines, Memoir no. 48, Boulder, Colorado, Geological Society of America, 143 pp

Moore, Clyde H., 1989. Carbonate Diagenesis and Porosity, Development in Sedimentology 46, Elsevier, 338.

Marks, P., 1957. Stratigraphy Lexicon of Indonesia, Publikasi Keilmuan np. 31, Seri Geologi, Pusat Jawatan Geologi Bandung.

Nuraini, S., 2017. Geometri Perlapisan Batupasir Konglomeratan Sebagai Sisipan pada Formasi Nanggulan di Kali Watupuru dan Kali Songgo, Pegunungan Kulon Progo, Yogyakarta, Kurvatex Journal, STTNAS, v.2/ 2 (November).

Nuraini, S., 2018. Interpretation of Paleogene Nanggulan Delta Based on Field Observation to the Watupuru and Songgo River, Kulonprogo Montain, Yogyakarta, Regional Seminar FOSI-IAS-SEPM in Gajahmada University of Yogyakarta.

Pandita, H., Pambudi, S., Winarti, 2006. Kajian Biostratigrafi dan Fasies Formasi Sentolo di Daerah Guluhrejo dan Ngaran Kabupaten Bantul untuk Mengidentifikasi Keberadaan Sesar Progo, Proceesing Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Palmer, T.J., 1982. Cambrian to Cretaceous Changes in Hardground Communities, Lethaia. 15 (4): 309–323.

Polhaupessy, A.A, 2009, Pollen Paleogen-Neogen dari Daerah Nanggulan dan Karangsambung, Jawa Tengah, JSDG, vol 19, no.5.

Rahardjo, W., Sukandarrumidi, Rosidi, H.M.D, 1995. Peta Geologi Yogyakarta, Jawa, skala 1;100,000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Saputra, R., Akmaluddin, 2015. Biostratigrafi Nannofossil Gampingan Formasi Nanggulan Bagian Bawah Berdasarkan Batuan Inti Dari Kec. Girimulyo dan Kec. Nanggulan, Kab. Kulon Progo, D.I. Yogyakarta, Proceeding Seminar Nasional Kebumian ke-8, Universitas Gajahmada.

Tucker, M.E., 2003. Sedimentary Rocks in the Field, Third Edition, John Wiley and Sons Ltd. England, p 234.

Van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of Indonesia, 1A, The Hague, Martinus Nijhoff, 732pp.

Vinn, O.; Wilson, M.A., 2010. Microconchid-dominated Hardground Association from the Late Pridoli (Silurian) of Saaremaa, Estonia, Palaeontologia Electronica. 2010 (2): 13.2.9A.

Vinn, O.; Toom, U., 2015. Some Encrusted Hardgrounds from the Ordovician of Estonia (Baltica), Carnets de Géologie. 15 (7): 63–70. doi:10.4267/2042/56744. Retrieved 2015-06-18.

Wentworth, C.K., 1922. A Scale of Grade and Class Terms for Clastic Sediments, The Journal of Geology, v. 30 (5), 377-392.

Walker, R. G., 1984. Facies Models, Geoscience Canada, v.2, 317p.

Wilson, M.A.; Palmer, T.J., 1992. Hardgrounds and Hardground Faunas, University of Wales, Aberystwyth, Institute of Earth Studies Publications. 9: 1–131.

Published
2019-06-25
How to Cite
[1]
S. Nuraini, “FENOMENA HARD GROUND PADA BATU LEMPUNG KAYA GAMPINGAN FORMASI NANGGULAN, DI SUNGAI WATUPURU, PEGUNUNGAN KULON PROGO, YOGYAKARTA”, Journal Technology of Civil, Electrical, Mechanical, Geology, Mining, and Urban Design, vol. 4, no. 1, pp. 95-102, Jun. 2019.
Section
Articles